Minggu, 25 November 2012

Pak, beli motor yah?


Dapat cerita pendek ini melalui inbox fb (yang nginboxin temen), tapi sayangnya kok gak ada judulnya... trus saya tak mau repot cari-cari ke sumber cerpen ini... hehe... yah judulnya: Pak, beli motor yah? (ini aja dueh)
Suatu hari, seorang ayah sedang duduk di teras depan. Lalu anaknya yang sudah menginjak usia dewasa datang menghampiri, “Pak, beli motor yah?”, pintanya.
Ayah tak menjawab, hanya diam dan mengusap kepalaku. Tak ada jawaban, ia pun pergi meninggalkan ayahnya.
Tiga hari kemudian, dia kembali lagi.
“Ayah, sekarang ade banyak sekali kerjaan yah. Coba deh ayah bayangin, bolak – balik kampus, udah gitu harus ngajar disekolah yang jauh, naek angkot sekitar 45 menit”, tuturnya.
“trus?”, balas Ayahanda tercinta.
“hemm, jadi kadang kakiku pegel yah, trus kalo di angkot suka ketiduran, eh malah sakit leher. Kayaknya kalo punya kendaraan sendiri, gak kan pegel-pegel deh yah?”, jelasnya.
Seperti biasa, ayah tak menjawab. Pelan, dengan penuh sayang ia belai anak tercintanya itu. Merasa tidak puas, ia pun pergi meninggalkan ayahanda tercinta.
Satu minggu kemudian, ia pun kembali menghampiri ayah yang sedang asyik baca koran.
“Yah, kemarin ada temen yang nawarin motor. Murah loh yah, masih bagus pula..”, katanya.
“wah, berapa harganya?”, jawab ayah.
“ tujuh juta yah, murah kan?”, balasnya.
“Ohh…”, lalu ayah terdiam tanpa ada satu kata pun keluar.
Singkat cerita, malam harinya, si anak terbangun dari tidurnya, padahal masih pukul 02.30 dini hari. Karena nanggung tidur lagi, akhirnya ia putuskan tuk menunggu adzan subuh dengan shalat malam.
Lepas mengambil air wudhu, ia mendengar suara bisik orang mengobrol. Ia pun mencoba mendekatinya, dan ternyata bersumber dari kamar kedua orang tuanya.
Ia pun merapatkan telinganya ke daun pintu, berusaha menyimak obrolan didalam.
“Bu, tabungan masih ada?”, tanya ayah.
“masih, kenapa yah?”, jawab ibu tenang.
“ada berapa bu?”, tanya ayah kembali.
“lumayan, ada tiga juta. Tapi, ibu anggarkan untuk bayar uang kosan sama bayar kuliah ade. Emang kenapa yah?”
“ohh, enggak. Kalo ditambah tabungan ayah jadi enam juta, masih kurang satu juta lagi. Gimana yah bu?”,tutur ayah pelan.
“emang buat apa yah?”, tanya ibu, heran.
“gini bu, ade butuh motor, harganya tujuh juta”, jawab ayah.
“Ohh, buat itu. Ya udah, sisanya kita pinjem ke bank aja yah, gimana?”, saran ibu.
“Bisa sih, tapi uang ibu itu, gimana? Buat bayar ini dan itu..”, kata ayah.
“gampang aja, ibu bisa pinjem dulu ke temen di kantor. Yang penting ade punya motor, mungkin dia butuh yah”, tutur ibu.
“iya bu, ayah gak tega kalo setiap hari ade harus jalan, kakinya pegel, atau naek angkot sampe lehernya sakit, bolak balik kampus. Gimana kalo ade sakit karena kecapean bu, ayah khawatir”, jelas ayah.
“ya udah, ambil aja tabungan ibu yah. Sisanya kita cari besok, moga aja dapet. Ntar kita beli motor yang bagus buat ade, biar gak pegel-pegel lagi”, kata ibu.
Si anak yang mendengar obrolan malam itu, hanya diam terpaku dibelakang pintu. Ia jatuh lunglai, lemas mendengar obrolan ayah dan ibunya.
Namun segera ia bangkit dan jalan perlahan menuju kamar.
Delapan rakaat tahajjud, ditutup witir ia tunaikan. Setangkai do’a ia lantunkan, bisik lirih hatinya disertai deraian air mata,
“Ya rabb,, betapa naif dan egois diri hamba. Mudah mulut hamba ber-ucap, minta ini dan itu. Tanpa hamba tau, betapa sulit ayah dan ibu tuk mengabulkannya. Ya rabb,, ampuni hamba, atas kelalaian ini. Ampuni dan lindungi pula kedua orang tuaku, yang selalu tersenyum didepanku, selalu memberikan motivasi padaku, selalu mengerti aku… walaupun, sedikit aku mengerti mereka. Ya rabb, dewasakanlah aku, agar menjadi anak yang baik dan hamba yang baik, amin”
Seperti panas gersang tersiram hujan, ketenang mengalir dalam darahnya.
Esok paginya, dia menghampiri ayah yang sedang duduk diteras.
“Ayah, ade baca artikel tentang kesehatan. Ternyata, jalan kaki itu sehat yah, apalagi kalo rutin. Pantes yah, ade jadi jarang sakit. Trus, ade tau supaya gak sakit leher di angkot, ade harus duduk di kursi depan, jadi posisi tubuh ade luruh. Jadi, gak punya kendaraan sendiri juga, oke aja tuh. Toh, entar kalo punya ribet ngerawatnya yah… “
Ayah hanya tersenyum, dan membelai penuh sayang anaknya tercinta. Sesekali ia menyeka air mata yang menyembul dari katanya.
----------------------<<<<>>>>--------------------------
Kadang kita suka meminta sesuatu pada seseorang, trutama ayah dan bunda kita, tapi kita tak pernah sekalipun memikirkan bagaimana perjuangan mereka untuk membahagiakan kita...
Saat ayah dan bunda tak mengabulkan keinginan kita, bukan berarti mereka pelit, tapi, ada banyak hal yang menyebabkan itu terjadi...
Trima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat...

Selasa, 20 November 2012

PAPA, MAMA, RIO TUNGGU DI PINTU SURGA


Kisah Nyata :

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim … 
Agnes adalah sosok wanita Katolik taat. Setiap malam, ia beserta keluarganya rutin berdoa bersama. Bahkan, saking taatnya, saat Agnes dilamar Martono, kekasihnya yang beragama Islam, dengan tegas ia mengatakan, “Saya lebih mencintai Yesus Kristus dari pada manusia!”

Ketegasan prinsip Katolik yang dipegang wanita itu menggoyahkan Iman Martono yang muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam. Martono pun masuk Katolik, sekedar untuk bisa menikahi Agnes. Tepat tanggal 17 Oktober 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang, Jawa Tengah.

Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta, Agnes beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu kompleks perumahan di wilayah Timur kota kembang. Kebahagiaan terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha dan Rio.

Di lingkungan barunya, Agnes terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikan pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di Gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai kepala Divisi Properti PT Telkom Cisanggarung, Bandung.

Karena Ketaatan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yang beragama Katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yang ‘disulap’ menjadi tempat ibadah (Gereja,red).

Uniknya, meski sudah menjadi pemeluk ajaran Katolik, Martono tak melupakan kedua orangtuanya yang beragama Islam. Sebagai manifestasi bakti dan cinta pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai satu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio, si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yang tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung.

Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Agnes masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik.

Saat dipindahkan ke ruangan ICU, Rio, yang masih terkulai lemah, meminta Martono, sang ayah, untuk memanggil ibundanya yang tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Agnes ihwal permintaan putra bungsunya itu.

Namun, Agnes tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan pada Martono, ”Saya sudah tahu.” Itu saja.

Martono heran. Ia pun kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam benak.

Di dalam, Rio berucap, “Tapi udahlah, Papah aja, tidak apa-apa.”

“Papah, hidup ini hanya 1 centi. Di sana nggak ada batasnya,” lanjutnya.

Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yang tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti orang dewasa yang mengerti agama.

Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, “Pah, Rio mau pulang!”

“Ya, kalau sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama Papa dan Mama,” jawab Martono.

“Ngga, saya mau pulang sekarang. Papah, Mamah, Rio tunggu di pintu surga!” begitu, ucap Rio, setengah memaksa.

Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar ‘bisikan’ yang meminta dia untuk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang ayah, Martono, membaca syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim.

Tak lama setelah itu ‘bisikan’ kedua terdengar, bahwa setelah adzan Maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayup adzan Maghrib, berkumandang Rio menghembuskan nafas terakhirnya.

Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi-lagi terjadi. Agnes yang masih sedih waktu itu seakan melihat Rio menghampirinya dan berkata, “Mah saya tidak mau pakai baju jas mau minta dibalut kain putih aja.”

Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yang baru meninggal.

Setelah melalui diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana dan sepatu yang serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yang tetap harus dimakamkan secara Katolik, jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus Katolik, di Cimahi, Bandung.

Sepeninggal Rio …

Sepeninggal anaknya, Agnes sering berdiam diri. Satu hari, ia mendengar bisikan ghaib tentang rumah dan mobil. Bisikan itu berucap, “Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan menuju Tuhan.”

Pada saat itu juga Agnes langsung teringat ucapan mendiang Rio semasa TK dulu, ”Mah, Mbok Atik nanti mau saya belikan rumah dan mobil!” Mbok Atik adalah seorang muslimah yang bertugas merawat Rio di rumah.

Saat itu Agnes menimpali celoteh si bungsu sambil tersenyum, “Kok Mamah ga dikasih?”

“Mamah kan nanti punya sendiri” jawab Rio, singkat.

Entah mengapa, setelah mendengar bisikan itu, Agnes meminta suaminya untuk mengecek ongkos haji waktu itu. Setelah dicek, dana yang dibutuhkan Rp. 17.850.000. Dan yang lebih mengherankan, ketika uang duka dibuka, ternyata jumlah totalnya persis senilai Rp 17.850.000, tidak lebih atau kurang sesenpun. Hal ini diartikan Agnes sebagai amanat dari Rio untuk menghajikan Mbok Atik, wanita yang sehari-hari merawat Rio di rumah.

Singkat cerita, di tanah suci, Mekkah, Mbok Atik menghubungi Agnes via telepon. Sambil menangis ia menceritakan bahwa di Mekkah ia bertemu Rio. Si bungsu yang baru saja meninggalkan alam dunia itu berpesan, “Kepergian Rio tak usah terlalu dipikirkan. Rio sangat bahagia disini. Kalo Mama kangen, berdoa saja.”

Namun, pesan itu tak lantas membuat Agnes tenang. Bahkan Agnes mengalami depresi cukup berat, hingga harus mendapatkan bimbingan dari seorang Psikolog selama 6 bulan.

Satu malam saat tertidur, Agnes dibangunkan oleh suara pria yang berkata, “Buka Alquran surat Yunus!”. Namun, setelah mencari tahu tentang surat Yunus, tak ada seorang pun temannya yang beragama Islam mengerti kandungan makna di dalamnya. Bahkan setelah mendapatkan Al Quran dari sepupunya, dan membacanya berulang-ulang pun, Agnes tetap tak mendapat jawaban.

“Mau Tuhan apa sih?!” protesnya setengah berteriak, sembari menangis tersungkur ke lantai. Dinginnya lantai membuat hatinya berangsur tenang, dan spontan berucap, “Astaghfirullah…”

Tak lama kemudian, akhirnya Agnes menemukan jawabannya sendiri di surat Yunus ayat 49: “Katakan tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika datang ajal, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak (pula) mendahulukannya”.

Beberapa kejadian aneh yang dialami sepeninggal Rio, membuat Agnes berusaha mempelajari Islam lewat beberapa buku. Hingga akhirnya wanita penganut Katolik taat ini berkata, “Ya Allah, terimalah saya sebagai orang Islam, saya tidak mau di-Islamkan oleh orang lain!”.

Setelah memeluk Islam, Agnes secara sembunyi-sembunyi melakukan shalat. Sementara itu, Martono, suaminya, masih rajin pergi ke gereja. Setiap kali diajak ke gereja Agnes selalu menolak dengan berbagai alasan.

Sampai suatu malam, Martono terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan. Ketika berusaha mencari sumber suara, betapa kagetnya Martono saat melihat istri tercintanya, Agnes, tengah bersujud dengan menggunakan jaket, celana panjang dan syal yang menutupi aurat tubuhnya.

“Lho kok Mamah shalat,” tanya Martono.

“Maafkan saya, Pah. Saya duluan, Papah saya tinggalkan,” jawab Agnes lirih.

Ia pasrah akan segala resiko yang harus ditanggung, bahkan perceraian sekalipun.

Martono pun Akhirnya Kembali ke Islam …

Sejak keputusan sang istri memeluk Islam, Martono seperti berada di persimpangan. Satu hari, 17 Agustus 2000, Agnes mengantar Adi, putra pertamanya untuk mengikuti lomba adzan yang diadakan panitia Agustus-an di lingkungan tempat mereka tinggal.

Adi sendiri tiba-tiba tertarik untuk mengikuti lomba adzan beberapa hari sebelumnya, meski ia masih Katolik dan berstatus sebagai pelajar di SMA Santa Maria, Bandung. Martono sebetulnya juga diajak ke arena perlombaan, namun menolak dengan alasan harus mengikuti upacara di kantor.

Di tempat lomba yang diikuti 33 peserta itu, Gangsa Raharjo, Psikolog Agnes, berpesan kepada Adi, “Niatkan suara adzan bukan hanya untuk orang yang ada di sekitarmu, tetapi niatkan untuk semesta alam!” ujarnya.

Hasilnya, suara Adzan Adi yang lepas nan merdu, mengalun syahdu, mengundang keheningan dan kekhusyukan siapapun yang mendengar. Hingga bulir-bulir air mata pun mengalir tak terbendung, basahi pipi sang Ibunda tercinta yang larut dalam haru dan bahagia. Tak pelak, panitia pun menobatkan Adi sebagai juara pertama, menyisihkan 33 peserta lainnya.

Usai lomba Agnes dan Adi bersegera pulang. Tiba di rumah, kejutan lain tengah menanti mereka. Saat baru saja membuka pintu kamar, Agnes terkejut melihat Martono, sang suami, tengah melaksanakan shalat. Ia pun spontan terkulai lemah di hadapan suaminya itu. Selesai shalat, Martono langsung meraih sang istri dan mendekapnya erat.

Sambil berderai air mata, ia berucap lirih, “Mah, sekarang Papah sudah masuk Islam.”

Mengetahui hal itu, Adi dan Icha, putra-putri mereka pun mengikuti jejak ayah dan ibunya, memeluk Islam.

Perjalanan panjang yang sungguh mengharu biru. Keluarga ini pun akhirnya memulai babak baru sebagai penganut Muslim yang taat. Hingga kini, esok, dan sampai akhir zaman. Insya Allah.

Wallahua’lam bish Shawwab ….
Barakallahufikum ….

… Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci …

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah …

— Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini … Itu hanyalah dari kami … dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan … —-

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya …
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat …
Sumber:
http://www.facebook.com/groups/majlughasaintek/permalink/479234398782758/

Minggu, 16 September 2012

Infografik Metro TV tuduh rekrutmen teroris muda berasal dari Rohis Sekolah

Tulisan ini  cukup menarik untuk dibaca, apalagi kamu  sebagai anak Rohis kudu harus geram dengan Metro TV !!!
JAKARTA (Arrahmah.com) - Info grafik yang ditayangkan Metro TV beberapa hari lalu tentang bibit terorisme di sekolah dan menyebar di dunia maya sejak 14 September menimbulkan polemik. Para aktivis Rohis atau Rohaniwan Islam yang secara tidak langsung dituduh sebagai sumber perekrutan teroris muda menyatakan bahwa info yang disampaikan metro TV tersebut adalah fitnah.
Metro TV menyebutkan bahwa pola rekrutmen teroris muda ada 5 yakni:
  1. Sasarannya siswa SMP akhir-SMA dari sekolah-sekolah umum.
  2. Masuk melalui program ekstra kurikuler di masjid-masjid sekolah.
  3. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi di luar sekolah.
  4. Dijejali berbagai kondisi sosisl yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang.
  5. Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah thaghut/kafir/musuh.
Poin-poin tersebut menjurus kepada aktivitas dakwah sekolah yang biasanya dimotori oleh Rohis Sekolah.
Protes terhadap Metro TV di Twitter pun datang bertubi-tubi karena kebanyakan aktivis dakwah muda merupakan jebolan Rohis. Menanggapi protes tersebut, Metro TV hanya menjawab secara diplomatis, "Metro TV tidak pernah memberitakan bahwa rohis adalah sarang teroris."
Pihak Metro TV juga mengatakan bahwa data yang ditampilkan dalam info grafik tersebut merupakan data pihak lain.
"Info grafik Metro TV 5 Sept lalu soal pola rekrutmen teroris bersumber dr penelitian ilmiah Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Dr. Bambang Pranowo," tulis akun Twitter Metro TV.
Ustadz Akmal Sjafril, aktifis dakwah yang concern dalam bidang Ghazwul Fikr menyatakan bahwa tudingan seperti itu adalah hal wajar.
"Nasib para ulama, kyai, santri, dan mujahid memang selalu begitu. Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa mereka. Mereka ini tidak perlu diajari nasionalisme, tidak perlu diajari Pancasila, tapi kalau penjajah datang, langsung siap berjihad. Setelah Indonesia merdeka pun pengakuan kedaulatan datang dari para ulama dan mujahid di Timur Tengah. Tapi setelah kondisi stabil, selalu saja orang sekuler yang sok-sokan, seolah-olah mereka paling berjasa pada negeri ini," katanya.
Ia menganggap bahwa tudingan bahwa Rohis adalah sarang teroris merupakan modus rezim terdahulu yang diikuti oleh media massa sekuler sekarang.
"Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel disusupkan di mana-mana, mau pengajian saja susah, mau khutbah saja mesti laporan. Sekarang, Rohis dituduh teroris pula. Ada Rohis saja kondisi pemuda bangsa ini sudah awut-awutan. Mau jadi apa bangsa ini kalau tidak ada Rohis?"
Somasi ke Metro TV
Sementara itu, vokalis grup nasyid haraki, Afwan Riyadi, menyatakan akan melakukan somasi terhadap pemberitaan Metro TV tersebut.
"Insya Allah, semoga di mudahkan Allah. Senin besok saya akan mengajukan somasi kepada Metro TV atas tayangan Info Grafik mereka yang memfitnah ekstrakurikuler di masjid-masjid SMP/SMA umum sebagai pintu masuk teroris," katanya.
Ia mengatakan bahwa Rohis-phobia akan menghambat gerakan dakwah yang berujung pada rusaknya generasi muda.
"Tayangan ini bisa menciptakan ROHIS Phobia di kalangan sekolah maupun orang tua siswa. Ujungnya, dakwah Islam di kalangan remaja Islam menjadi semakin sulit. Apa jadinya generasi kita mendatang?" katanya retoris. (bilal/fimadani/arrahmah.com)

Selasa, 14 Agustus 2012

Saling Menjaga Ya


Menutup Aurat Sesuai Syariat (Akhwat)


ABII...

copas dr tulisan sebelah,.
Untuk akhwat2 tercinta.... :)

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..

Akan sering merasa kangen sekali dengan Umminya.

Lalu... bagaimana dengan Abi?

Mungkin karena U...mmi lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,

tapi tahukah kamu, jika ternyata Abi-lah yang mengingatkan Ummi untuk menelponmu?

Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ummi-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita,

tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Abi bekerja dan dengan wajah lelah Abi selalu menanyakan pada Ummi tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……

Abi biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.

Dan setelah Abi mengganggapmu bisa, Abi akan melepaskan roda bantu di sepedamu…

Kemudian Ummi bilang : “Jangan dulu Abi, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,

Ummi takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Abi dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ummi menatapmu iba.

Tetapi Abi akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”

Tahukah kamu, Abi melakukan itu karena Abi tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Abi yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.

Berbeda dengan Ummi yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.

Ketahuilah, saat itu Abi benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja….

Kamu mulai menuntut pada Abi untuk dapat izin keluar malam, dan Abi bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.

Tahukah kamu, bahwa Abi melakukan itu untuk menjagamu?

Karena bagi Abi, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..

Setelah itu kamu marah pada Abi, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…

Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ummi….

Tahukah kamu, bahwa saat itu Abi memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,

Bahwa Abi sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….

Dan kamu harus pergi belajar dikota lain…

Tahukah kamu bahwa badan Abi terasa kaku untuk memelukmu?

Abi hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .

Padahal Abi ingin sekali menangis seperti Ummi dan memelukmu erat-erat.

Yang Abi lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.

Abi melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Abi.

Abi pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Abi tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Abi adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”

Padahal dalam batin Abi, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Abi belikan untukmu”.

Tahukah kamu bahwa pada saat itu Abi merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Sampai saat seseorang datang ke rumah dan meminta izin pada Abi untuk mengambilmu darinya.

Abi akan sangat berhati-hati memberikan izin..

Karena Abi tahu…..

Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….

Saat Abi melihatmu duduk bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Abi pun tersenyum bahagia….

Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Abi pergi kebelakang sebentar, dan menangis?

Abi menangis karena Abi sangat berbahagia, kemudian Abi berdoa….

Dalam lirih doanya kepada Rabb, Abi berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….

Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….

Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Abi hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…

Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….

Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….

Abi telah menyelesaikan tugasnya….

Abi, Ayah, Bapak, atau Abah kita…

Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…

Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…

Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .

Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..
di bacaa ya ukhtii..

Senin, 21 Mei 2012

Adakah Puasa Sunnah Rajab?

Ramadhan yang ditunggu akan hadir bersama kita, sembari memperbanyak do’a ” Ya Allah, kami memoho banyak keberkahan dibulan rajab dan sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan ramadhan”.

Adakah Puasa Sunnah Rajab?
Jika pertanyaan itu berkaitan dengan puasa khusus dibulan rajab, para ulama’ merasa sulit untuk menemukan dalail khusus tentang anjuran puasa di bulan rajab, atau dalam bahasa lainnya tidak ada penjelasan khusus tentang ritual puasa di bulan rajab, kalaupun ada haditsnya, para ulama’ mengatakan bahwa hadits-hadits itu kebanyakan lemah dan bahkan sampai pada derajat maudhu’ (palsu), jadi tidak layak untuk dijadikan sandaran dalam menghususkan puasa di bulan rajab.
Berikut diantara hadits-hadits yang sering menjadi alasan banyak orang dalam kaitannya dengan puasa khusus dibulan rajab:
1. Dari Anas Bin Malik: “Sesungguhnya dalam surga ada sungai yang bernama ‘Rajab’, airnya lebih putih dari susu, dan lebih manis dari madu, barang siapa yang bepuasa pada salah satu hari bulan Rajab, Allah akan meminumkan untuknya dari air sungai rajab itu”
2. Dari Abu said Al-Khudri ra, Rasul SAW bersabda: “Barang siapa yang berpuasa satu hari pada bulan Rajab, maka ia akan mendapatkan keridhoan Allah yang besar… barang siapa yang berpuasa 2 hari, ia akan mendapatkan 2 kali lipat pahala, dan satu lipatnya itu bagaikan gunung-gunung di bumi. Dan barang siapa yang berpuasa 3 hari, Allah akan membuatkan untuknya penghalang antara ia dan neraka dengan sebuah parit, yang panjangnya perjalanan selama setahun…………….(dan seterusnya, maaf tidak diteruskan penulisannya karena panjang sekali).
3. “Barang siapa yang berpuasa pada bulan rajab selama 3 hari, ia bagaikan berpuasa selama sebulan, dan barang siapa yang berpuasa 7 hari, ditutup baginya pintu neraka, dan siapa yang berpuasa 8 hari, dibukakan untuknya 8 pintu surga, siapa yang berpuasa setengah bulan rajab, Allah menuliskan untuknya RidhoNya, dan siapa yang mendapat Ridho Allah ia tidak akan di siksa, dan siapa yang berpuasa sebulan rajab penuh, ia akan dihisab dengan hisab yang ringan.”
Tiga hadits diatas dan hadits-hadits lainnya yang menjelaskan tentang keutamaan puasa rajab semuanya lemah, Imam Ibnu Hajar al-Atsqolani bahkan mempertegas tidak ada satupun hadits itu yang mencapai derajat hasan atau shohih.

Puasa Sunnah di Bulan Harom
Tidak ada dalil khusus tentang puasa rajab, namun yang adalah puasa sunnah di bulan Harom, yaitu puasa pada bulan Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rajab. Jumhur Ulama’ mengungkap adanya anjuran puasa pada bulan-bulan ini, berdasarkan hadits berikut:
أفضل الصلاة بعد الصلاة المكتوبة الصلاة في جوف الليل، وأفضل الصيام بعد شهر رمضان صيام شهر الله المحرم
Artinya: “Sholat yang utama setelah sholat fardhu itu adalah sholat ditengah malam, dan puasa yang paling utama setelah puasa romadhon adalah puasa dibulan Muharram -Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rajab- (HR. Muslim).
Itu artinya jika ada yang mau puasa pada bulan rajab ini, maka puasa yang dilakukan itu namanya bukan puasa rajab, tapi puasa dibulan harom, karena rajab masuk dalam nama bulan harom, dan salah jika kita memahaminya sebagai puasa sunnah rajab, karena tidak ada dalil khusus yang mengatakan seperti itu, begitu menurut para ulama’.
Maka bagi mereka yang ingin puasa pada bulan rajab in, seharusnya tidak hanya berpuasa pada bulan rajab saja, mereka juga harus puasa pada bulan-bulan haram lainnya (Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom), pengkhususan puasa hanya pada bulan rajab ini saja dihukumkan makruh oleh para ulama’ berdasarkan hadits berikut:
أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن صيام رجب
Artinya: “Bahwa nabi Muhmmad SAW melarang puasa rajab (Maksudnya melarang menghususkan dibulan rajab saja)- HR. Ibnu Majah-
Dalam sebuah atsar disebutkan:
“Diriwayatkan dari Khorsyah bin Al-Harr bahwa sayyidina Umar ra pernah memukul tangan-tangan kaum muslim (yang berpuasa pada bulan rajab) hingga menaruhnya di piring-piring mereka, kemudia beliau berkata: “Makanlah! Sesungguhnya ini (Bulan rajab) ialah bulan yang diagung-agungkan oleh orang Jahiliyah” (diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Katsir dalam Musnad Al-Faruq).

Jadi, Bagaima Kesimpulannya?
Sederhanya sebagai berikut:
1. Boleh berpuasa dibulan rajab atas dasar bahwa puasa yang dilakukan adalah termasuk dalam jenis puasa sunnah dibulan harom, berdasarkn hadits yang sudah kita sebutkan diatas.
2. Makruh jika hanya mengkhususkan puasa pada bulan rajab saja , alangkah baiknya jika puasa itu juga dilakukan pada bulan harom lainnya (Dzulqodah, Dzulhijjah, Muharrom)
Wallahu A’lam Bisshowab
 

Saiyid Mahadhir
Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA)

Minggu, 22 April 2012

MENIKAH

1. KETIKA AKAN MENIKAH
Janganlah mencari isteri, tetapi carilah ibu bagi anak-anak kita Janganlah mencari suami, tetapi carilah ayah bagi anak-anak kita.

2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua / wali si gadis, tetapi ...meminta kepada Allah melalui orang tua / wali si gadis.

3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah di hadapan Allah

4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendo’akan anda, karena anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan do’a mereka.

5. SEJAK MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.

6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan bertabur bunga, tetapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri.

7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan

8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100%

9. KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.

10.KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK.
Yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri

11.KETIKA EKONOMI MEMBAIK
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita

12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda.

13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.

14.KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak ..

15.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.

16.KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat.

17.KETIKA ADA WIL
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati.

18.KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia.

19.KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
1. Ketaqwaan
2. Kasih sayang
3. Kesetiaan
4. Komunikasi dialogis
5. Keterbukaan
6. Kejujuran
7. Kesabaran

Sahabat saudaraku fillah, Silahkan ditag / share.
Silahkan kunjungi dan gabung dengan halaman kami dengan KLIK fanspage di bawah ini lalu klik SUKA. Insya Allah bermanfaat.

✿ Mohon Bergabung ✿
1. ~*•.Bidadari Dunia Mencari Bekal Untuk Akhirat.•*~.
2. *•٠ Ketika Kelebihanku Melemahkanku & Kekuranganku Menguatkanku ٠•*.
3. Argun Shopping Online.

Senin, 19 Maret 2012

Tuhan, Terimalah Cintaku

Dengan nama Tuhan yang memegang hati-hati makhlukNya,
Dengan nama Tuhan yang kasih-sayangNya melebihi segala apa yang berada di langit, di bumi dan apa yang ada di antara keduanya .
Dengan nama Tuhan yang menghidupkan dan mematikan setiap jiwa yang bernafas di atas muka bumi ini,
Dengan nama Tuhan yang mewujudkan segala perasaan dalam hati setiap hambaNya,
Sesungguhnya, tiadalah siapa yang berhak disembah, dipuja, dicintai, dirindui melainkan Dia, Allah Tuhanku dan Tuhanmu.
Allah, Tuhan yang menghadirkan perasaan cinta dalam hati manusia. Tiadalah diciptakan sesuatu perkara itu melainkan perkara itu memberi manfaat kepada hambaNya.
FirmanNya:
'Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir.'
Dengan cintaNya, udara masih lagi dapat dihirup,
Dengan cintaNya, bumi ini masih beredar mengikut aturannya,
Dengan cintaNya, angin masih lagi bertiup menyapa dedaunan yang menghijau,
Dengan cintaNya, biasan cahaya mentari masih lagi menerpa hangat tubuh hambaNya,
Dan dengan cintaNya juga, manusia saling mencintai dan merindui antara satu sama lain.

Bukankah cinta itu anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada makhlukNya?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang ibu sanggup bergadai nyawa demi melahirkan buah hatinya?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang guru sanggup berkorban masa demi mengajar anak muridnya?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang sahabat sanggup menangis bersama di kala ujian menimpa?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang kekasih sanggup setia menunggu bidadarinya yang tidak kunjung tiba?
Bukankah semua itu terjadi hanya kerana cinta yang diberiNya?
Jadi, salahkah seorang hamba itu bercinta?
Jika cinta itu dapat menghadirkan rasa rindu si hamba pada sang Pencipta cinta?
Allahu.
Mengapa perlu hadir dalam hati ini rasa cemburu pada mereka yang dapat merebut cinta makhlukMu?
Sedangkan pada saat mereka berjaya merebut cintaMu, diriku hanya kaku tanpa perasaan?
Tidak layakkah diriku ini untuk mencintaiMu Tuhanku?
Tuhanku, diriku tahu langkah kakiku ini begitu perlahan,
Di saat mereka berlari dan terus berlari menuju cintaMu,
Aku masih lagi merangkak, dan kadang-kadang terpaksa berhenti.
Aku terlalu alpa mengejar cinta dunia, cinta makhlukMu yang tak abadi.
Tuhanku, aku insan lemah,
Aku sering tergoda dengan cinta makhlukMu,
Aku selalu lupa akan janjiku untuk mencintaiMu melebihi segalanya,
Masih lagi ada rasa cemburuku pada cinta makhlukMu,
Hinakah aku Tuhanku?

Tuhanku, tiada daya lagi dalam diriku untuk mengejar cinta makhlukMu,
Cukuplah padaMu saja aku serahkan hidup dan matiku,
Cukuplah padaMu saja aku serahkan urusan hidupku,
Tiadalah lagi kuberharap melainkan hanya padaMu.
Tuhanku, tidak mahu lagi aku berpaling kebelakang,
Aku mahu terus berlari dan berlari menuju cintaMu,
Jika ada cinta makhlukMu untukku, akan ku terima seikhlas hatiku
Namun kini, hanya cintaMu yang kudambakan,
Sudikah Kau menerima cintaku Tuhanku?

Biodata Penulis

Erna Firdzalina Mazlan Adalah seorang insan yang berharap, apabila kematian memisahkan roh dari jasad, tulisanku akan terus hidup di bumi Tuhan ini. Beliau berkongsi karya di http://darimataerna.blogspot.com.
 Sumber: http://www.iluvislam.com/

Minggu, 18 Maret 2012

Puisi Pernikahan

Untuk Suamiku
Pernikahan atau perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia.
Istri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah,
Apalagi secantik Zulaikha.
Justru Istrimu hanyalah wanita akhir jaman,
Yang punya cita-cita,
Menjadi Sholehah….
Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Istri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Istri ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Istri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Istri adalah murid, Kamu mursyidnya,
Istri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya.
Saat Istri menjadi madu, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya istri tulang yang bengkok, berhatilah meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan,
Mengisyafkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dari ridho Allah SWT.
Karena memiliki istri yang tidak sehebat mana,
Justru ……
Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Rasullulah,
Pun bukan pula sayyidina Ali Karamallahhuwajhah,
Cuma suami akhir zaman,
Yang berusaha menjadi soleh…
Amin.
—-
Untuk Istriku
Pernikahan atau perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia.
Suami yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Muhammad saw,
Tidaklah setaqwa Ibrahim as,
Pun tidak setabah Ayub as,
Ataupun segagah Musa as,
Apalagi setampan Yusuf as.
Justru Suami hanyalah pria akhir jaman,
Yang punya cita-cita,
Membangun keturunan yang Sholeh….
Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal, Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamu adalah penuntun kenakalannya,
Saat suami menjadi raja, Kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bisa, Kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami masinis yang lancang, Sabarlah memperingatknnya.
Pernikahan atau perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dari ridho Allah SWT.
Karena memiliki istri yang tidak segagah mana,
Justru ……
Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna di dalam menjaga,
Pun bukan pula Hajar, yang begitu setia dalam sengsara.
Cuma wanita akhir zaman,
Yang berusaha menjadi solehah…
Amin.

Sumber: http://mynameisfatika.wordpress.com/

Senin, 20 Februari 2012

Mengapa Harus Menikah dengan Akhwat (2)

“Mas... kok belum berkemas-kemas... mukhayam itu nggak berat lho. Selain menyehatkan jasad, yang lebih penting, ia bagian dari i'dad, persiapan dan latihan berjihad. Mas kebanggaan kami, si kecil kelak akan mencontoh Mas,” kata seorang akhwat sambil mengelus-elus pundak suaminya.

“Adik bantu mengemasi ya...” belum keluar jawaban dari bibir suaminya, akhwat itu telah mengeluarkan tas ransel dari lemari.

Sang suami yang tadinya ogah-ogahan mulai berdiri. Bangkit mengambil hp.

“Ustadz, saya besuk ikut berangkat mukhayam,” kata ikhwan itu, kini tanpa ragu-ragu.

“Lho, kemarin katanya kesulitan cuti?,” terdengar jawaban dari balik hp

“Kalau masalah kerja insya Allah bisa diatur, Ustadz.”

***

Begitulah inti dialog suami-istri yang sama-sama aktifis dakwah. Saya yakin, dialog yang kurang lebih sama tidak hanya terjadi di hari itu, di keluarga itu. Ada banyak dialog yang berisi penguatan, motivasi, dan peneguhan dari akhwat kepada suaminya. Mungkin dialog yang lain bukan hanya menyemangati sang suami untuk berangkat mukhayam. Dan mungkin saja dialog itu pernah terjadi di keluarga kita. (Senyum dong kalau Antum pernah mengalaminya :-)

Pada tulisan yang pertama, Mengapa Harus Menikah dengan Akhwat (1), ada banyak tanggapan baik yang setuju maupun kurang setuju. Termasuk komentar-komentar di facebook yang jumlahnya lebih banyak lagi. Sebagian tanggapan tidak setuju dengan penggunaan istilah akhwat karena konotasinya yang sempit. Sebagian menafsirkan bahwa akhwat adalah wanita shalihah, dan istilah wanita shalihah lebih tepat digunakan. Sebagian lagi berdalih bahwa tidak semua akhwat itu shalihah. Wal iyadzu billah.

Lalu apa yang saya maksudkan dengan akhwat? Wanita shalihah secara umumkah? Tidak, saya benar-benar bermaksud menggunakan istilah akhwat dalam arti yang sempit. Yakni muslimah yang tertarbiyah Islamiyah sehingga ia tidak saja menjadi wanita shalihah tetapi juga muslihah. Baik secara pribadi sekaligus terlibat dalam dakwah untuk memperbaiki orang lain. Maka akhwat yang saya maksudkan adalah mereka yang tersibghah dengan tarbiyah Islamiyah hingga mencapai muwashafat; tumbuh menjadi pribadi yang memiliki kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiyah) sekaligus kepribadian dai (syakhsiyah Da'iyah).

Tentu saja yang saya maksudkan dengan “harus” itu bukan wajib dalam terminologi Hukum Taklifi bahasan Fiqih. Bukankah menikah dengan akhwat tertarbiyah itu tidak termasuk syarat atau rukun Nikah? Dan yang saya tuju untuk renungan ini adalah para ikhwan. Mengapa harus menikah dengan akhwat? Seri tulisan ini mencoba untuk saling berbagi dan -kalau boleh- merekomendasikan kepada para ikhwan agar memilih akhwat.

Alasannya? Yang pertama sudah kita bahas beberapa waktu yang lalu; kesetiaan. Akhwat yang telah tertarbiyah, ia setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagai buah kesetiaan kepada Allah dan Rasul-Nya ia juga sangat setia kepada suaminya. Kesetiaan yang hakiki dan terpancar kuat dalam sikap dan ucapan ini berdampak besar bagi suami. Sang suami bisa lebih tenang, lebih damai, lebih khusyu' dalam beribadah, fokus dalam bekerja, concern dalam meniti karir atau mengembangkan bisnis, dan serius dalam berdakwah.

Kedua, seperti dialog di atas, akhwat menjadi sahabat dakwah. Ia mampu menjadi motivator di saat kita lemah. Ia mampu menguatkan kembali komitmen dakwah kita di saat kita malas. Ia mampu menjadi peneguh saat kita mulai goyah.

“Untuk membangun keluarga muslim yang dilandasi taqwa,” tulis Syaikh Musthafa Masyhur dalam Fiqhud Dakwah, pertama kali seorang Muslim harus mencari pasangan yang baik keislamannya dan yang memahami tugas risalah hidupnya. Menjadikan pasangan hidupnya sebagai sahabat dakwah yang baik, yang selalu dapat mengingatkannya jika ia lupa, memberi motivasi berdakwah dan tidak menghalanginya.”

Istri itu memiliki pengaruh besar dalam kehidupan suami. Ada banyak contoh suami yang sebenarnya biasa-biasa saja, tetapi setelah sekian tahun menikah ia menjadi luar biasa karena motivasi istrinya. Bukan hanya dalam dakwah, tetapi juga dalam ibadah. Ada suami yang beberapa tahun silam tilawahnya terbata-bata, tetapi kini ia yang biasa membetulkan tilawah teman-temannya. Ia serius mengikuti tahsin karena dorongan istrinya.

Ada pula orang yang jarang qiyamullail, tiba-tiba menjadi rajin setelah menikah karena istrinya yang dengan cara “penuh cinta” membangunkannya. Ia mengingatkan kita pada sabda Rasulullah SAW:

Allah merahmati wanita yang bangun di tengah malam, ia shalat dan membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan bangun, ia meneteskan air ke wajahnya. (HR. Abu Daud, shahih)

Sebaliknya, tidak sedikit lelaki yang terjungkal karena istrinya. Bahkan tidak terkecuali ikhwan, para aktifis dakwah. Bayangkan jika istri pada cerita di atas mengubah dialognya: “Iya Mas, lebih baik Mas di rumah saja. Ngapain juga capek-capek di hutan, di gunung. Kalau ada apa-apa bagaimana coba. Mana Mas gak punya asuransi lagi. Kalau sampai lebih dari itu? Mas rela saya jadi janda dan si kecil jadi yatim? Mas rela kalau nanti ada orang lain yang nikahi saya?” Bisa dipastikan ikhwan itu semakin “teguh pendirian” untuk tidak berangkat. Dan... banyak alasan yang bisa dipakai.

Sebagaimana mampu memotivasi mad'u dan mutarabbinya, akhwat juga memiliki kekuatan yang sama -bahkan lebih besar- untuk memotivasi suaminya. Karena itulah mengapa kita perlu -bahkan harus- menikah dengan akhwat. Bagaimana pendapat antum? [Muchlisin]

Copas dari :  http://www.bersamadakwah.com/

Ketika Virus Pornografi Meracuni ABG-ku

Ini kisah tentang putra sulungku. Anak yang sedang beranjak dewasa. Anak Baru Gede (ABG) demikian orang biasa menyebutnya. Usianya 14tahun. Sekarang naik kelas IX. Usia yang katanya mencari jati diri. Selalu ingin tahu dan coba-coba. Tentang segala hal, tak terkecuali tentang seks.
Sejujurnya, awalnya  aku orang tua yang tabu membicarakan persoalan seks secara gamblang pada anak. Entah kenapa, perasaan risih selalu mendera bila memulai untuk berbicara masalah ini. Karenanya ketika kelas VI SD, ia kuikutkan menjadi peserta seminar seks pra remaja, yang diadakan oleh Yayasan Buah Hati, pimpinan psikolog ibu Elly Risman. Lembaga yang sangat concern menjadi pemerhati masalah seks bebas di kalangan remaja.
Aku pikir dengan begitu bekalnya sudah cukup. Hingga aku tak perlu mengulang kembali menjelaskan hal yang kuanggap tabu itu. Karena seminar itu pasti akan membuka wawasannya tentang apa dan bagaimana seks pada kehidupan remaja. Menjadikannya mawas diri untuk tidak berbuat hal yang menyimpang. Membukakan pikirannya akan akibatnya buruk seks bebas yang bisa  merugikan dirinya sendiri. Karenanya aku merasa aman-aman saja. Pikirku anakku telah cukup terlindungi.
Sampai pada suatu hari, saat bersantai dikamar, ponsel anakku tergeletak begitu saja di tempat tidurku. Iseng aku membukanya. Bak disambar petir disiang bolong, betapa terkejutnya,  ketika kutemukan jejak konten porno yang belum diclose setelah diakses. Entah ia lupa. Hingga bisa begitu cerobohnya meletakkan ponselnya dikamarku. Awalnya apa yang kulihat tampak samar dan kurang jelas, mengingat sebenarnya itu bukan ponsel canggih berlayar besar. Hanya ponsel sederhana berlayar kecil, namun memang ada fitur untuk browsing internet didalamnya.
Saat itu panik tak terkira. Lemas seketika. Bingung dan gelisah. Bertanya-tanya didalam hati sudah berapa jauh anakku mengenalnya. Akupun kembali mengingat prilaku anakku akhir-akhir ini. Yang kerap senang mengurung diri berlama-lama mengunci kamar bersama ponsel kesayangannya. Begitu sering mengisi pulsa senilai 5 ribu rupiah, hanya untuk browsing katanya. Prestasi dan nilai pelajaran di sekolahnya juga menurun drastis. Pantas saja pikirku.
Dari seminar ibu Elly Risman juga aku tahu bahayanya konten porno yang meracuni anak jauh lebih dahsyat dari bahaya narkoba. Kerusakan otak akibat kecanduan pornografi adalah yang paling berat, lebih berat dari kecanduan kokain, Adiktifnya berkali lipat. Pornografi mengenalkan fantasi seksual sebelum waktunya. Memapar jiwa anak-anak belia yang belum siap menerimanya.
Pornografi menimbulkan perubahan konstan pada neorotransmiter, melemahkan fungsi kontrol, juga menimbulkan gangguan memori. Ini yang membuat mereka yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya. Perubahan ini memang tidak instant dalam waktu singkat tapi perlahan melalui beberapa tahap yakni kecanduan yang ditandai dengan tindakan impulsif, ekskalasi kecanduan dan akhirnya penurunan perilaku. Dan yang lebih dahsyat, porngrafi dapat memperburuk kemampuan kesehatan fisik, mental, sosial dan disertai pula penurunan kemampuan intelegensia secara umum.
Sebagai anak sulung, tentu banyak harapan indah kusandarkan padanya. Klise mungkin. Menjadi  anak sholeh, berbakti, dan bisa menjadi panutan bagi kedua adikknya. Ya…sederet doa dan harapan yang lazim dicita-citakan kebanyakan orang tua. Untuk itu sejak dini ku masukkan dia ke SD Islam Terpadu, sebagai upaya agar fondasi keagamaannya terpatri kuat dalam dirinya. Kupikir waktu 6 tahun cukuplah untuk menancapkan nilai moral di sekolah dasar berbasis agama. Selain itu dirumah aku mendatangkan guru les mengaji, baca dan hafal Al Qur’an. Karena, bila belajar denganku ia segan dan tak mau tertib. Berbeda bila diajar seorang guru. Aku juga tak memberinya fasilitas ponsel selama ia di Sekolah Dasar.
Ketika lulus SD, anakku diterima di SMP Negeri. Inginnya memasukkannya ke pesantren. Kupikir bila bersekolah di SMP Neheri, sayang bila hafalan-hafalan Qur’annya akan hilang menguap begitu saja. Karena selama di SDIT dia berhasil menghapal 3 juz Al Qur’an. Alhamdulillah. Dan aku tahu pasti ini tak mudah. Tapi  anakku tak bersedia masuk pesantren. Hingga aku tak bisa memaksanya dan akhirnya mengijinkannya bersekolah di SMP Negeri. Selama di SMP Negeri, demi menjaga tilawah dan hafalan Qur’annya aku tetap memanggilkan guru kerumah, seminggu 3 kali. Demikian upayaku menjaga fitrahnya agar tetap hanif, lurus, dan bersih.
Namun apa lacur, semula kupikir semua yang kuproteksi dirumah, semua upayaku memberi bekal, akan mampu menjaganya dari gempuran pornografi diluar sana. Ternyata aku salah besar. Ia justru terpapar semua itu  dari lingkungan sekolah yang menjadi tempatnya menimba ilmu. Dan semua paparan virus itu mengalahkan suntikan imun berlabel iman yang telah kutanamkan padanya sejak kecil. Ternyata ia tidak steril adanya. Jujur aku shock. Aku merasa sudah menjaganya bak menjaga batu pualam.  Kuasuh dengan sangat hati-hati. Namun toh aku kecolongan juga. Satu lagi tantangan menjadi orang tua. Pengalaman buruk ini mengajarkanku.
Perlu waktu lama untuk merenung atas apa yang terjadi. Betapa naifnya aku selama ini. Saat itu, aku tak langsung mencari dan menginterogasi sulungku. Keterkejutan dan kesedihan yang mendalam begitu menyesakkan dadaku. Hingga aku rehat sejenak. Berdiskusi dengan ayahnya. Berkonsultasi pada guru mengajinya. Bagaimana menyelesaikan semua ini. Akhirnya diputuskan akulah yang harus bicara padanya. Karena memang dia lebih dekat padaku.
Selang kurang lebih 1 minggu, saat ada waktu lengang, aku ajak sulungku berbicara dari hati ke hati. Sebagai teman dan sahabat. Saat itu tak ada lagi kemarahan dihatiku. Aku lebih tenang menghadapinya. Setelah menyampaikan prolog, aku langsung bertanya to the point padanya tentang segala kekhawatiran akan prilakunya. Tentu saja ia kaget dan risih. Awalnya ia mengelak, dan seperti takut untuk ditanya lebih lanjut. Namun aku meyakinkannya kalau aku takkan marah bila ia jujur dan berterus terang. Begini kira-kira sekilas dialogku dengannya.
Ummi  :   Boleh tau ga, bang? Berapa sering Abang liat konten porno itu?
Abang :  Ya…udah beberapa kali, Ummi…
Ummi :  Liat konten apa aja? Video atau foto??
Abang :  Hmm…2-2 nya ummi…(sambil terus menunduk)
Ummi :  O…(sambil berusaha tetap tenang). Darimana Abang tau gambar dan video itu?
Abang : Dari teman, Ummi. Yang gambar dikirim lewat bluetooth, websitenya juga dikasih tau temen…waktu itu awalnya pas rame video Ariel, Ummi…
Ummi :  Hmmm… (nahan nafas). Terus…kalo udah nonton, Abang mau apa?
Abang : Ya…pengen juga kayak gitu, tapi ga tau harus gimana…(makin menunduk menyembunyikan wajahnya)
Aku mau pingsan lagi mendengar pengakuan lugunya. Tapi berusaha untuk tetap tegar dihadapannya..
Sambil menahan tangis…bla bla..bla…kunasehati ia dengan sepenuh sayangku akan bahaya pornografi yang kutahu. Aku bukakan padanya situs yang menceritakan bahaya pornografi bagi seorang anak remaja sepertinya. Kusuruh ia membacanya, kemudian kami berdiskusi membahasnya. Semua kubuka saja. Tanpa tedeng aling-aling lagi. Toh aku pikir ia sudah tahu semua yang terlarang selama ini. Dengan sepenuh hati pula aku memeluknya, dan mengatakan betapa aku sayang padanya, tak ingin ia terperosok dalam keburukan.  Dan minta ia berjanji memutus semua prilakunya demi masa depannya sendiri.
Abang : (kali ini sambil menangis) Maafin Abang ya, Ummi… Abang janji ga akan berbuat lagi. Abang malu sama Ummi. Malu juga sama Allah. Ini HP-nya Ummi sita aja. Abang ga mau pake HP lagi, ga internetan di warnet lagi, kalo ngenet dirumah aja, Ummi liatin aja deh. Abang janji, Abang ga mau kecewain Ummi lagi… Beneran, Ummi… Abang janji…
Tangisnya terus berurai..
Demikian sekilas dialogku dengannya. Sesaat lega karena bisa mengorek kejujuran darinya . Betapapun pahit mendengarnya, itu adalah tamparan sekaligus tantangan bagiku dalam menjalani lakon sebagai orang tua. Apa yang kuberi selama ini padanya, ternyata masih jauh dari cukup. Kejadian ini menggambarkan betapa menjadi orang tua di era ini tidaklah mudah . Orang tua perlu menjadi sahabat bagi anak. Menjadi teman yang menyenangkan untuk diajak bicara.
Sejak itu aku selalu memantau hari-harinya. Pulang sekolah tepat waktu. Akupun memfasilitasinya untuk menekuni hobinya memelihara binatang dan bermain gitar. Aku jadikan ini terapi pemulihan bagi ingatan buruknya.
Seperti saat ini ia sedang hobi memelihara hamster. Hingga hari-harinya sepulang sekolah banyak dihabiskan bermain sambil mengurus binatang peliharaannya. Hamsternya berkembang biak. Dari 2 ekor menjadi puluhan ekor. Ia tak lagi senang berlama-lama mengurung dirinya dikamar. Seperti sebelum kejadian ini. Tak lagi minta uang untuk mengisi pulsa sekedar untuk browsing. Ia juga yang meminta dibelikan ponsel yang tak ada fasilitas multi medianya. HP yang hanya bisa digunakan untuk ber-sms dan telepon. Ia menepati semua janjinya. Tentu saja aku senang dengan semua perubahannya.
Sejak itu pula, sepenuh hati kutemani hari-harinya hingga ia menjadi semakin dekat denganku. Sering ia bermanja tidur dipangkuanku, terkadang minta difacial wajahnya, karena sudah mulai berjerawat.  Kini aku benar-benar sahabat baginya. Akupun leluasa dan tak canggung lagi bertanya mengenai teman-temannya dan siapa wanita yang ditaksirnya. Meski masih malu-malu bercerita, aku tetap bersyukur semua hal buruk itu berlalu. Tak henti aku berdoa, semoga Allah berkenan menghapus semua gambaran buruk itu dari pikirannya. Mengembalikan lagi ia pada fitrah sucinya.
Akhirnya, aku hanya mampu memohon pada Sang Maha Pemilik. Semoga Allah menjaga anakku selalu. Dimanapun ia berada. Tak mungkin aku mengekornya setiap saat. Tak mungkin mengawalnya 24jam. Aku hanyalah orangtua yang dititipkan. Pasti tak berdaya melawan derasnya arus informasi yang mengepung kehidupannya. Hanya mampu memberinya bekal Iman dan Taqwa. Hanya punya sejumput cinta, untuk mengantarnya menuju kehidupan esoknya yang gemilang…
Aulia Gurdi

Sumber: http://www.fimadani.com/

Senin, 13 Februari 2012

Aku Menunggumu [Kisah Nyata]

Afwan (maaf) Ukhti[1], semoga ini tidak melukai Anti  [2] dan keluarga Anti . Ana [3] pikir sudah saatnya Ana memberi keputusan tentang “proses” kita. Ya…, seperti yang Anti  ketahui bahwa selama ini Ana telah berusaha melobi orang tua dengan beragam cara mulai dari memahamkan konsep nikah “versi” kita, memperkenalkan Anti  pada mereka hingga melibatkan orang yang paling ayah percaya untuk membujuk ayah agar mengizinkan Ana untuk menikahi Anti .”
“Namun hingga sekarang nggak ada tanda-tanda mereka akan melunak, jadi menurut Ana…, sebaiknya Ana mundur saja dari “proses” ini!” Dana diam sejenak untuk menunggu respon dari seberang, tapi hingga beberapa detik tidak ada tanggapan. “Perlu Anti  ketahui bahwa orang tua Ana sebenarnya sudah tidak keberatan dengan Anti  hanya saja Timing-mya (waktu) belum tepat. Ayah Ana khawatir Ana tidak mampu menafkahi Anti  jika belum bekerja. Apalagi Anti  juga masih kuliah. Jadi Ana rasa, ahsan (lebih baik) kita nggak komitmen dulu hingga keadaannya membaik! Anti  nggak keberatan kan Ukhti?”
“Keberatan…? Alhamdulillah nggak! Namun kalau Ana boleh kasih saran, apa tidak lebih baik kalau kita terus melobi sambil tetap proses saja. Soalnya kan kita sudah mantap satu sama lain, nggak enak kalau mundur di saat seperti ini. Apalagi permasalahannya sudah mulai mengerucut ke arah ma’isyah (penghasilan) saja.
Anta [4] pasti masih ingat gimana sulitnya awal kita membujuk orang tua, rasanya semua kriteria kita ditolak. Segala keterbatasan kita jadi aib yang sangat besar, pokoknya semua jalan sepertinya sudah tertutup rapat. Namun kenyataannya hanya dalam waktu 2 minggu kita bisa menghilangkan semua syarat menjadi satu syarat saja: PEKERJAAN!”
Dini, gadis tegar itu akhirnya bicara juga. “Akhi  [5]…,kita hanya tinggal selangkah, tetaplah ber-ikhtiar dan jangan putus asa. Bukankah Allah Maha membolak-balikkan hati?”
“Benar, Ana paham soal itu, Ana memang akan tetap melobi orang tua Ana, akan tetapi kalau kita terikat, Ana khawatir menghalangi Anti  proses dengan ikhwan lain yang lebih selevel dibanding Ana. Lagi pula Ana khawatir tidak bisa menjaga hati”.
“Takut menghalagi Ana untuk proses dengan ikhwan lain? Itu kan urusan Allah bukan urusan Anta! Kewajiban Anta sekarang adalah berjuang mempertahankan sesuatu yang Anta sudah mantap dengannya. Hasil istikharah itu nggak mungkin salah. Tinggal bagaimana cara kita mengaplikasikannya saja.”
Hening sejenak….
“Ya….tapi kalau memang Akhi  sudah merasa syak (ragu) terhadap Ana dan mantap untuk mundur, Alhamdulillah. InsyaAllah Ana akan dukung sepenuhnya”.
“Nggak!!” Reflek Dana berteriak.
Astaghfirullahaladzim, Afwan (maaf) maksud Ana, Ana sama dengan keluarga Ana sudah tidak syak pada Anti , kami sangat menyukai Anti  dan keluarga Anti . Selain itu Ana juga takut perasaan ini semakin mendalam, Ana ini hanya hamba yang dhaif (lemah) yang masih kesulitan mengekang hawa nafsu”.
Dana berhenti lagi, dadanya terasa sesak, air matanya mengalir semakin deras. Jauh di dalam hatinya, sesungguhnya ia merasa malu pada Allah atas kelalaiannya, jatuh cinta!
“Halo…!!” Dini merasa Dana diam terlalu lama. Dia tidak tahu kalau pemuda itu sedang menangis. Tapi dia mengerti apa yang sedang terjadi padanya. “Ya udah…, kalau begitu sekarang kita sepakat untuk membatalkan “proses” ini!!! Setelah ini insyaallah kita tidak akan lagi berhubungan kecuali untuk keperluan syar’i yang sangat darurat, iya kan?”
Dini sengaja memberi jeda agar Dana bicara, tapi ikhwan itu memilih terus diam “Akhi …kita tetap baik ya! Hubungan dengan keluarga harus tetap dijaga, jangan suudzdzon pada ayah dan bunda karena bisa jadi keputusan mereka adalah salah satu dari jalan Allah untuk menguji kita”. Dini berhenti lagi tapi Dana masih enggan berkomentar.
“Laa Tahzan, ya Akhi …, insyaallah kalau kita niatkan semuanya demi keridhaan Allah, maka Dia akan mencatat bagi kita pahala yang besar. Afwan jika selama proses ta’aruf ini…Ana, teman-teman, dan keluarga Ana banyak melakukan kekhilafan. Ana mewakili mereka dan diri Ana sendiri untuk memohon maaf pada Anta. Bersabarlah karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar…” Samar, Dini mendengar isak tangis di seberang. Dia nyaris tidak percaya…
“Semoga ini bisa menjadi mahar cinta kita pada Allah dan semoga Akhi  mendapat ganti yang lebih baik…’ Amin.”
Suara isak tangis makin terdengar jelas.
Akhi …kalau sudah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi, tafadhal (silahkan) diakhiri!”
Tidak ada tanggapan.
“Halo…!!?. Ya udah, kalau gitu biar Ana yang tutup telponnya, ya…?”
Sepi.
“Assalamualaikum!” “Klik”.
Percakapan diantara mereka berakhir, tapi Dana baru menyadarinya. Dia segera bergegas wudhu dan shalat. Jujur, sebenarnya dia sudah sangat mantap dengan mantan calon istrinya itu…Namun dia tidak yakin dapat membahagiakan akhwat itu kalau dirinya belum bisa menafkahi dengan layak.
Padahal Dini dan keluarganya tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka sangat wellcome padanya. Ah…,mungkin ini sudah takdirnya. Mungkin Allah melihat bahwa akhwat itu terlalu baik utnuk dirinya. Mungkin seharusnya akhwat sekaliber dia, mendapatkan ikhwan yang jauh lebih baik dari dirinya. Dia benar-benar merasa tidak level!!
“Ya…, ikhwan lemah sepertiku, mana mungkin mendapatkan seorang Dini. Populer tapi tetap rendah hati, tegar, bijaksana, wara’, zuhud, qanita, qanaah…Pokoknya semua sifat baik ada padanya. Sedangkan aku, semoga aku nggak akan menyakiti akhwat lain setelah ini.”
Astaghfirullahaladzim…, apa yang telah kusombongkan selama ini? Sudah ikut mulazamah (berguru dengan ustadz) bertahun-tahun tapi masih belum berani mengamalkan ilmu yang kudapat sedikit pun. Katanya percaya bahwa orang yang menikah pasti akan dijamin rezekinya oleh Allah, ternyata aku nggak lebih hanya seorang ikhwan pengecut.
Dana tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri. Dia benar-benar merasa tak berarti.
“Dulu…., aku pernah begitu khusyu’ berdoa pada Allah agar dipertemukan dengan akhwat shalihah yang nggak banyak permintaan seperti dia. Sekarang ketika sudah dapat, malah kusia-siakan. Kini aku sadar bahwa Allah selalu mengabulkan permohonan hamba-Nya. Manusialah yang selalu kufur terhadap rabb-nya.”
Di tempat yang berbeda, Dini menjalani hari-harinya dengan penuh semangat. Dia tetap ceria seperti biasanya. Ya…, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Kecewa? Jelas ada, karena dini juga hanya manusia biasa. Namun dia bisa mengemas kekecewaannya dengan manis, membuat kesedihannya menjadi sesuatu yang lumrah dari proses kehidupan.
Dia percaya bahwa hatinya tidak mungkin berbohong dan janji Allah pasti terjadi. Maka sesulit apapun kondisi yang dihadapi saat itu, dia mencoba untuk tetap tersenyum. Jujur, aku bangga padanya.
“Aku sudah mantap dengannya, kak. Aku yakin dialah jodohku. Aku akan terus menunggunya…”

Sepekan kemudian, Dana menitipkan biodata ikhwan lain yang merupakan teman dekatnya untuk diberikan pada Dini. Menurutnya, Ikhwan itu bisa membahagiakan Dini karena sudah matang dan punya pekerjaan tetap. Jelas, Aku Tahu bahwa pendapatnya keliru.
Dini bukan mengharap ikhwan yang matang dan mapan. Dia hanya mengikuti kata hatinya saja. Diniku tidak akan bahagia hanya dengan harta dan tahta. Namun, tak urung diterima juga biodata itu. Dan bisa ditebak, bagaimana reaksi Dini saat kuberikan empat lembar kertas berukuran A4 itu. Dini menggelang pasti.
Anti  coba istikharah-kan dulu. Barangkali semuanya bisa berubah…,” bujukku.
Jazakumullah khair, tapi…Afwan tolong jangan paksa Ana, Kak!”
Ikhwan fillah, mungkin sebagian Anda akan menganggap Dana sebagaimana penilaian Dana terhadap dirinya sendiri. Pengecut, jahil, dan sifat-sifat buruk yang lainnya. Tapi bagi saya, Dana tidaklah seburuk itu, justru sebaliknya, Dana dalam pandangan saya adalah ikhwan yang baik.
Dia berani mengambil resiko dengan mundur dari proses dan memilih untuk bersabar melawan nafsunya. Padahal kalau dia mau, dengan sikap Dini yang penurut, dia bisa minta untuk tetap meneruskan hubungan dengan gadis pilihannya itu. Namun dia tahu bahwa di atas segalanya, Allah-lah yang patut utnuk lebih dicintai.
Dana yakin bahwa jodoh adalah kekuasaan Allah dan Dia tetah menetapkannya 50 ribu tahun sebelum semesta ada. Dia tahu kalau jodoh pasti akan ketemu lagi, bagaimanapun caranya. Mungkin Dini tidak akan pernah tahu kalau biodata yang kusodorkan kemarin adalah kiriman Dana.
Mungkin Dana juga tidak akan pernah tahu kalau ternyata Dini akan terus menunggunya. Dan mereka juga tidak boleh tahu bahwa diam-diam aku selalu mendoakan kebaikan untuk mereka. Entah bagaimana ending kisah ini nantinya, yang pasti aku selalu berharap agar masing-masing dari mereka mendapatkan ganti yang lebih baik. Segera…..

Foot Note
[1] Saudariku
[2] Kamu (Perempuan)
[3] Aku
[4] Kamu (Laki-laki)
[5] Saudaraku
Kisah Nyata Majalah Nikah Volume 4/11/2005

Sumber: http://maramissetiawan.wordpress.com/

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls