Senin, 19 Maret 2012

Tuhan, Terimalah Cintaku

Dengan nama Tuhan yang memegang hati-hati makhlukNya,
Dengan nama Tuhan yang kasih-sayangNya melebihi segala apa yang berada di langit, di bumi dan apa yang ada di antara keduanya .
Dengan nama Tuhan yang menghidupkan dan mematikan setiap jiwa yang bernafas di atas muka bumi ini,
Dengan nama Tuhan yang mewujudkan segala perasaan dalam hati setiap hambaNya,
Sesungguhnya, tiadalah siapa yang berhak disembah, dipuja, dicintai, dirindui melainkan Dia, Allah Tuhanku dan Tuhanmu.
Allah, Tuhan yang menghadirkan perasaan cinta dalam hati manusia. Tiadalah diciptakan sesuatu perkara itu melainkan perkara itu memberi manfaat kepada hambaNya.
FirmanNya:
'Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaannya dan rahmatNya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikanNya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan-keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang-orang yang berfikir.'
Dengan cintaNya, udara masih lagi dapat dihirup,
Dengan cintaNya, bumi ini masih beredar mengikut aturannya,
Dengan cintaNya, angin masih lagi bertiup menyapa dedaunan yang menghijau,
Dengan cintaNya, biasan cahaya mentari masih lagi menerpa hangat tubuh hambaNya,
Dan dengan cintaNya juga, manusia saling mencintai dan merindui antara satu sama lain.

Bukankah cinta itu anugerah terindah yang diberikan Tuhan kepada makhlukNya?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang ibu sanggup bergadai nyawa demi melahirkan buah hatinya?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang guru sanggup berkorban masa demi mengajar anak muridnya?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang sahabat sanggup menangis bersama di kala ujian menimpa?
Kerana cinta yang diberiNya, seorang kekasih sanggup setia menunggu bidadarinya yang tidak kunjung tiba?
Bukankah semua itu terjadi hanya kerana cinta yang diberiNya?
Jadi, salahkah seorang hamba itu bercinta?
Jika cinta itu dapat menghadirkan rasa rindu si hamba pada sang Pencipta cinta?
Allahu.
Mengapa perlu hadir dalam hati ini rasa cemburu pada mereka yang dapat merebut cinta makhlukMu?
Sedangkan pada saat mereka berjaya merebut cintaMu, diriku hanya kaku tanpa perasaan?
Tidak layakkah diriku ini untuk mencintaiMu Tuhanku?
Tuhanku, diriku tahu langkah kakiku ini begitu perlahan,
Di saat mereka berlari dan terus berlari menuju cintaMu,
Aku masih lagi merangkak, dan kadang-kadang terpaksa berhenti.
Aku terlalu alpa mengejar cinta dunia, cinta makhlukMu yang tak abadi.
Tuhanku, aku insan lemah,
Aku sering tergoda dengan cinta makhlukMu,
Aku selalu lupa akan janjiku untuk mencintaiMu melebihi segalanya,
Masih lagi ada rasa cemburuku pada cinta makhlukMu,
Hinakah aku Tuhanku?

Tuhanku, tiada daya lagi dalam diriku untuk mengejar cinta makhlukMu,
Cukuplah padaMu saja aku serahkan hidup dan matiku,
Cukuplah padaMu saja aku serahkan urusan hidupku,
Tiadalah lagi kuberharap melainkan hanya padaMu.
Tuhanku, tidak mahu lagi aku berpaling kebelakang,
Aku mahu terus berlari dan berlari menuju cintaMu,
Jika ada cinta makhlukMu untukku, akan ku terima seikhlas hatiku
Namun kini, hanya cintaMu yang kudambakan,
Sudikah Kau menerima cintaku Tuhanku?

Biodata Penulis

Erna Firdzalina Mazlan Adalah seorang insan yang berharap, apabila kematian memisahkan roh dari jasad, tulisanku akan terus hidup di bumi Tuhan ini. Beliau berkongsi karya di http://darimataerna.blogspot.com.
 Sumber: http://www.iluvislam.com/

Minggu, 18 Maret 2012

Puisi Pernikahan

Untuk Suamiku
Pernikahan atau perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia.
Istri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah,
Apalagi secantik Zulaikha.
Justru Istrimu hanyalah wanita akhir jaman,
Yang punya cita-cita,
Menjadi Sholehah….
Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Istri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Istri ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Istri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Istri adalah murid, Kamu mursyidnya,
Istri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya.
Saat Istri menjadi madu, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya istri tulang yang bengkok, berhatilah meluruskannya.
Pernikahan atau perkawinan,
Mengisyafkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dari ridho Allah SWT.
Karena memiliki istri yang tidak sehebat mana,
Justru ……
Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Rasullulah,
Pun bukan pula sayyidina Ali Karamallahhuwajhah,
Cuma suami akhir zaman,
Yang berusaha menjadi soleh…
Amin.
—-
Untuk Istriku
Pernikahan atau perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia.
Suami yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Muhammad saw,
Tidaklah setaqwa Ibrahim as,
Pun tidak setabah Ayub as,
Ataupun segagah Musa as,
Apalagi setampan Yusuf as.
Justru Suami hanyalah pria akhir jaman,
Yang punya cita-cita,
Membangun keturunan yang Sholeh….
Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya,
Suami adalah nahkoda kapal, Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamu adalah penuntun kenakalannya,
Saat suami menjadi raja, Kamu nikmati anggur singgasananya,
Seketika suami menjadi bisa, Kamulah penawar obatnya,
Seandainya suami masinis yang lancang, Sabarlah memperingatknnya.
Pernikahan atau perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dari ridho Allah SWT.
Karena memiliki istri yang tidak segagah mana,
Justru ……
Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna di dalam menjaga,
Pun bukan pula Hajar, yang begitu setia dalam sengsara.
Cuma wanita akhir zaman,
Yang berusaha menjadi solehah…
Amin.

Sumber: http://mynameisfatika.wordpress.com/

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls